Proses Berpikir dan Berbahasa pada Anak


                           


A.      Pengertian Berpikir
Menurut Behaviourisme : berpikir merupakan penguatan stimulus dan respons. Menurut Asosiasionis : berpikir merupakan asosiasi antara tanggapan yang satu dengan yang lain. Dari segi Kognisi : berpikir merupakan pemrosesan informasi mulai  dari stimulus yang ada (starting position) sampai ke pemecahan masalah(finishing position) atau goal state.
Berpikir merupakan proses kognitif yang berlangsung dari stimulus hingga respon untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, menghasilkan sesuatu yang baru, melakukan adaptasi dengan lingkungan, membentuk dan memilih lingkungan.
Berpikir, yang kadangkala dipandang sebagai penalaran, meliputi proses mental yang digunakan untuk membentuk konsep, memecahkan masalah, dan ikut serta melakukan aktivitas-aktivitas kreatif. (“Thinking, which is sometimes referred to as reasoning, involves mental processes, that are used to form concepts, solves problem, and engage in creative activities”) (Plotnik, 2005:305).

B.       Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain, baik itu menggunakan lisan, tulisan, gerak ataupun isyarat, simbol, lambang, gambar dan bisa juga lukisan. Dengan proses itulah manusia dapat berinteraksi dengan sesama sehingga manusia dapat mengenali dirinya, alam sekitar dan pengetahuan.
Di dalam perkembangan bahasa anak usia dini (1-4 tahun) ini,  kemampuan berbahasa atau berkomunikasi belum maksimal, namun butuh proses yang begitu panjang. Melalui masa Transisi yang terjadi pada usia 2- 7 tahun. Sedangkan Pada usia 2-5 tahun anak akan mulai menyenangi kehidupan ini, anak akan mulai berbicara  dengan cara melakukan kegiatan misalnya bermain bahasa sendiri  dan menyanyi, walaupun masih terjadi kesalahan ucapan tapi itu dianggap biasa karena masih dalam proses perkembangan bahasa. Bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak. Melalui bahasa seorang anak belajar tentang atribut-atribut tertentu baik mengenai dirinya sendiri, diri orang lain dan situasi yang dialaminya.             

C.      Keterkaitan Antara Berpikir dengan Berbahasa
Terdapat keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan berpikir. Manusia untuk dapat melakukan kegiatan berpikir dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan mengetahui pengetahuan.
Bahasa memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari suatu organisme biologis menjadi suatu pribadi di dalam kelompok, yaitu suatu pribadi yang berpikir, merasa berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan sesuai dengan lingkungan sosialnya.
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berbahasanya. Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak, seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.
Bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yakni buah pikiran, perasan dan sikap. Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi dikemudian hari. Keterkaitan antara berpikir dan berbahasa dapat dipetakan dalam tiga pendapat, hanya menyangkut variable mana yang menjadi penyebab.
·         Bahasa mempengaruhi pikiran
    Bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak. Melalui bahasa seorang anak belajar tentang atribut-atribut tertentu baik mengenai dirinya sendiri, diri orang lain dan situasi yang dialaminya.
·         Pikiran mempengaruhi bahasa
   Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Menurut teori pertumbuhan kognitif, seorang anak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan kemudian baru bahasa.
·         Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
   Hubungan antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan suatu benda, melainkan merupakan suatu proses, satu gerak yang terus-menerus. Pikiran berbahasa berkembang melalui beberapa tahap. Mulai anak-anak harus mengucapkan kata-kata, kemudian bergerak ke arah mengerti atau berpikir.

Menurut teori perkembangan kognisi, seorang anak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan kemudian baru melalui bahasa.
Anak-anak harus mengucapkan kata-kata pertamanya, kemudian bergerak ke arah mengerti atau berpikir. Terdapat keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan berpikir. Dengan kata lain, berpikir dan berbahasa mempunyai kaitan yang erat dalam tumbuh dan kembang seorang anak. Orang tua, guru, dan lingkungan mempunyai peranan yang sangat vital dalam perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa pada anak-anak. Perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa pada anak akan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Sudah selayaknya orang tua selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar.

D.     Tahap-Tahap Berpikir dan Berbahasa
            Perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa berjalan secara bersamaan karena salah satu hasil kemampuan berpikir adalah berbahasa.
     Perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa yang berjalan secara bersamaan tersebut terangkum dalam perkembangan kognitif. Teori perkembangan kognitif yang terkenal telah di kemukakan oleh Jean Piaget (1896-1980).
            Menurut teori perkembangan kognisi, seorang kanak-kanak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan kemudian baru melalui bahasa
    Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi 4 tahap, yaitu :
            1.      Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
      Pada tahap ini, pemikiran anak dilandaskan pada tindakan inderawinya.
            2.      Tahap PraOperasi (2-7 tahun)
   Pada tahap ini, anak mulai berpikir dengan menggunakan simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khususnya penggunaan bahasa.
           3.      Tahap Operasi Konkret (8-11 tahun)
     Pada tahap ini, anak mulai berpikir dengan menggunakan aturan-aturan logis yang jelas.
           4.      Tahap Operasi Formal (11 tahun ke atas)
     Pada tahap ini, anak mulai berpikir abstrak, hipotesis, deduktif dan induktif.
       Tentu sekali tahap-tahap ini tidak berdiri sendiri, lepas satu sama dari yang lain. Tahap-tahap ini juga berjalan dalam urutan perkembangan, sehingga tidak bias terjadi loncatan atau pertukaran tahap. Tahap pertama diandaikan untuk perkembangan tahap berikutnya. Hanya saja tahun terbentuknya setiap tahap dapat berbeda-beda sesuai kondisi dan situasi seseorang.

·         Contoh Kasus
    Jika melihat bagaimana anak-anak berusia 2 tahun berkomunikasi, maka kita akan melihat anak-anak tersebut umumnya hanya berbicara perkata saja. Contohnya, seorang anak yang berusia 3 tahun rata-rata hanya dapat mengatakan kata “mama”, “papa”, “hai”, dan kata-kata lain yang mudah diucapkan oleh mereka. Hal tersebut dikarenakan kognitif mereka yang baru akan berkembang, sehingga dalam berbahasa pun mereka masih menggunakan kata-kata yang sederhana yang mudah diucapkan dan yang sering di dengar yang tentunya masuk ke memori ingatan mereka.

Sumber :
http://riksabahasa.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-kemampuan-berpikir_6109.html
http://11018rika.blogspot.com/2012/04/teori-kognisi-dan-bahasa.html?m=1
Basuki, H. A. M.(2008).Psikologi umum.Jakarta: Universitas Gunadarma

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Microsoft Excel dan Lotus 123

Budaya Organisasi dan Manejemen di PT. Multi Nusantara Karya

Bakat dan Kreativitas